Gretel was forced to obey the evil witch's orders. She didn't have the courage to escape nor fight. She's helpless, she couldn't help Hansel. She felt that she had failed him and could only watch, pleading in vain as the witch, who had clear eye vision and was very hard to fool, fatten Hansel up for her big feast!
Gretel : On this chilly night I'm missing you.
Such a beautiful yet tragic piece of my life.
What's in order for us to live this way?
Hansel : I wonder.
Are you going to be someone
Who's not gonna be there during my final days?
Gretel : Will you be leaving much, much sooner than that?
Hansel : Counting your tears now.
Gretel : Your expectations need someone better to fit them.
Your happiness is out of reach for me.
You deserve a fantasy, cos the reality that I gave you broke your heart.
Hansel : The basket of smiles I made you were quick to go with the wind.
Gretel : Bad storm never loses our scent.
A small drop of our happiness to it
Is like a small drop of blood to a shark
Hansel : How are you going to put up with this your entire life?
Gretel : I will be watching our time now
Cos I won't be doing much of that when you're gone
For now, I will still be watching time, etched with what we had make of us..
Ya adik-adik, ini kisah Hansel dan Gretel versi tragis yang manggis di mana Gretel tidak mampu menyelamatkan Hansel dari dimakan oleh ahli sihir tua yang jahat. Dialogue di atas jika disatukan sebenarnya adalah sesuatu yang A.Samad Said tulis dengan tidak terkira banyaknya : sajak.
Amaran (huh?)/Disclaimer : Tiada niat ingin menyaingi tokoh sasterawan agung ini, jauh sekali berlakon di depan cermin dengan janggut putih sambil mengungkapkan sajak-sajaknya.
Dialog itu secara meleret-leretnya adalah sebenarnya ini :-
Gayah : Di malam yang dingin dan sunyi ini aku merindui kamu.
Kehadiran kamu dalam hidup aku adalah sesuatu yang indah tapi tragik.
Apakah sebabnya hidup kita begini?
Herman : Aku terpikir...
Adakah kamu akan jadi salah seorang yang tidak di sisi aku
Dalam hari-hari akhir aku?
(Mungkin kerana telah pergi jauh, atau pergi selama-lamanya.)
Gayah : Adakah kamu akan pergi lebih awal dari saat tibanya hari-hari seperti itu?
(Tidak sempat hidup lama untuk menunggu.)
*mengalirkan air mata yang berkilauan di bawah cahaya rembulan*
*lolongan serigala*
Herman : Aku mengira butir airmata kamu, Gayah.
(Telah banyak kamu menangis untuk aku.)
Gayah : Kamu perlukan seorang yang lebih baik, Herman.
Seseorang yang mampu menyelamatkan kamu.
Aku tidak mampu menggapai kebahagiaan untuk kamu.
Kamu perlukan sebuah fantasi yang tidak menyakitkan...
Kerana realiti yang aku berikan melukakan hati kamu.
Herman : Aku memujuk dan buatkan kamu tersenyum sebakul banyaknya, Gayah.
Tapi sekejap sahaja sudah hilang dibawa angin.
Gayah : Mendung ribut mengejar kita bagaikan anjing polis membau penjenayah.
Secebis kegembiraan yang kita rasai kepadanya
Adalah seperti setitis darah pada jerung di lautan.
Sekejap sahaja terkesan, sepantas kilat dibaham mangsanya.
Herman : Mampukah kamu hidup dengan semua ini sepanjang hayat kamu?
Gayah : Aku akan mengawasi masa sekarang.
Kerana aku tidak akan berbuat begitu lagi setelah kamu pergi.
Buat masa yang kita ada sekarang, aku akan terus memerhati
Masa mengukir kenangan dengan apa yang kita ada.
*Ahli sihir datang*
*Tengok Herman atas bawah, atas bawah sambil angguk-angguk*
*Tuang kicap, tabur bawang goreng, makan*
*Gayah meraung-raung*
*Ahli sihir berpaling, dengan mata merah menyala
Menuding jari berkuku panjang sedepa
Sambil berkata...*
"YOU'RE NEXT, Gayah!"